BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Dari tahun ke tahun
jika kita mengamati kejadian di bumi ini, maka kita akan merasakan suatu
perbedaan, yaitu suhu di permukaan bumi ini semakin panas dan cuaca menjadi
tidak menentu. Para ahli menyebutnya dengan istilah pemanasan global atau global warming, dimana terjadi
peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan
dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali
berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari
energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke
angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya
energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar
kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali
lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas
rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata
dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah
satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah
perubahan iklim secara global.
Penelitian yang
dilakukan oleh para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa
ternyata makin panasnya planet bumu ini
terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia. Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin maju perkembangan zaman maka
teknologi pun semakin maju, mau tidak mau manusia juga akan mangikuti
perkembangan tersebut. Salah satunya adalah pemakaian bahan bakar fosil yang
menghasilkan kontributor pemanasan global yaitu carbondioksida (CO2),
metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama
dari sistem pencernaan hewan-hewan
ternak), nitrogen oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan
untuk kulkas dan pendingin ruangan
(CFC). Diamana gas-gas tersebut sangat
sulit untuk diuraikan di atmosfer bumi. Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya
berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan
ini karena pohon-pohon yang mati
akan melepaskan CO2 yang
tersimpan di dalam jaringannya ke
atmosfer.
Fokus dari makalah
kami adalah membahas tentang efek rumah kaca itu sendiri ditinjau dari segi pengertian, hal-hal yang menyebabkan
efek rumah kaca, akibat yang ditimbulkannya, serta solusi dalam mengatasi
efek rumah kaca agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya.
B. Identifikasi Masalah
Secara alamiah sinar matahari yang
masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke
angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas
di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar
tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca
(ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan
terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan
seisi rumah kaca tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian
efek rumah kaca?
2. Apa yang dapat
menyebabkan timbulnya efek rumah kaca?
3. Apa akibat
yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca?
4. Bagaimana
solusi untukmengatasi efek rumah kaca?
D. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut dapat
diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui pengertian efek rumah kaca.
2. Untuk mengetahui
penyebab timbulnya efek rumah kaca.
3. Untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca.
4. Untuk
mengetahui solusi untukmengatasi efek rumah kaca.
E. Manfaat Penulisan
Dari segenap pembahasan yang telah
dipaparkan, harapan yang ingin diwujudkan dalam makalah
ini tercakup secara teoritis dan secara praktis
yang meliputi :
1. Secara
teoritis
Makalah
ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan terhadap usaha peningkatan
dan pengembangan mutu pendidikan.
2. Secara praktis
Tujuan
praktis dari makalah ini adalah: Mendorong Guru dan Siswa untuk
dapat memahami penyebab efek rumah kaca dan akibat yang ditimbulkannya,
sehingga dapat dicarikan solusi untuk mengatasinya.
F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam
penulisan makalah ini antara lain :
·
Studi elektromedia
Dengan
memanfaatkan fasilitas Internet dan situs-situs pendukung guna memperoleh referensi sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Efek Rumah Kaca
Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris
disebut green house efect, pada
awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim
sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur mayur dan
bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan rumah kaca
karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepas panas, di
dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena
cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di
dalam ruanagn rumah kaca sebagai gelombang panas berupa gelombang sinar infra
merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca
dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.
Dari situlah istilah efek rumah kaca muncul, bumi
diibaratkan sebagai tanaman, dan kaca sebagai atmosfer bumi, dimana atmosfer
ini befungsi untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat walaupun di musim
dingin.
Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di
bumi karena gas-gas dalam atmosfer dapat
menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi
tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak ada gas rumah
kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180
C, suhu yang terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk
manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C
lebih tinggi , yaitu 150C, suhu ini sesuai bagi kelangsungan
kehidupan makhluk hidup.
Gas Rumah Kaca
1.
Uap air
Uap
air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab
terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi
secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi
uap air kecuali pada skala lokal.
2.
Karbondioksida
Manusia
telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka
membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah
pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat
perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
3.
Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia
merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak
bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi
batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan
dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah
metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
4.
Nitrogen Oksida
Nitrogen
oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari
pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat
menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini
telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
5. Gas
lainnya
Gas
rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama
manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan
(furniture), dan temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara
berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang
selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari
radiasi ultraviolet).
B.
Penyebab Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan karena
naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas
lainnya (CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur
hexafluoride) di
atmosfer yang disebut gas rumah kaca. Kenaikan konsentrasi gas CO2
ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya
yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Gas
rumah kaca dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil kegiatan
manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi gas
rumah kaca di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan keangkasa sebagai
hasil dari aktifitas manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
selama ini. Aktifitas-aktifitas
yang menghasilkan gas rumah kaca diantarnya dari kegiatan perindustrian,
penyediaan energi listrik, transportasi dan hal lain yang bersifat membakar
suatu bahan. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/
mengeluarkan gas rumah kaca seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa,
kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan gas rumah
kaca. Selain itu aktifitas manusia dalam alih guna lahan juga mengemisikan gas
rumah kaca.
Mekanisme kerja gas rumah kaca adalah
sebagai berikut, lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut :
troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir)
adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca.
Sekitar 35% dari
radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang
bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga
lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang
angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam
troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas
tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51%
ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami
penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu.
Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang
diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang
dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap
air atau H2O, CO2,
metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini
terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir
dan permukaan bumi menjadi naik, terjadilah efek rumah kaca.
C.
Akibat Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca tentu saja memiliki dampak yang
ditimbulkannya, dampak tersebut dapat berupa dampak negatif dan positif.
1.
Dampak
negatif antara lain :
- Meningkatnya suhu permukaan bumi akan
mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan
dan ekosistem
lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di
atmosfer.
- Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya
permukaan air laut.
- Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air
laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan
akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
- Efek rumah kaca menjadi penyebab
global warming dan perubahan iklim. Iklim di bumi menjadi tak menentu dan susah
diprediksikan, sehingga mengganggu sistem penerbangan dan petani dalam
menentukan masa panen.
2.
Dampak
positif adanyaefek rumah kaca antara lain :
- Efek rumah kaca sangat berguna bagi
kehidupan di bumi karena gas-gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari
menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup.
Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di
bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu yang terlalu rendah bagi
sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah
kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C,
suhu ini sesuai bagi kelangsungan
kehidupan makhluk hidup.
- Dengan adanya efek rumah kaca membuat
manusia menjadi berhati-hati dan berhemat terhadap penggunaan bahan bakar
fosil, penggunaan listrik.
- Dengan adanya efek rumah kaca manusia
menjadi sadar bahwa pohon dan hutan memiliki arti penting sekali bagi
kelangsungan kehidupan, yaitu salah satunya dapat menyerap gas polutan dan
menghasilkan oksigen. Maka reboisasi kembali digalakkan dan penanaman pohon di
kota-kota besar mulai dilakukan.
- Manusia menjadi kreatif, karena
mengolah limbah seperti plastik, kertas untuk didaur ulang menjadi barang yang
ekonomis.
D.
Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca
Contoh nyata upaya penanggulangan efek rumah kaca dalam
kehidupan sehari-hari antara lain :
·
Mengubah perilaku setiap orang
Untuk mencegah terjadinya
dampak-dampak dari bahaya efek rumah kaca, tentunya harus dimulai dari diri
sendiri pada setiap orang. Kepedulian setiap individu untuk melakukan perubahan
perilaku pada dirinya akan berdampak bagi generasi penerus di kemudian hari.
a.
Penggunaan
alat listrik
Listrik
tidak sebersih yang dikira, karena letak pembangkit yang jauh, sehingga asap
polusinya tidak kita rasakan. Pembangkit listrik merupakan penyumbang emisi
yang besar karena masih menggunakan bahan bakar fosil untuk prosesnya. Sekitar
27% pembangkit listrik di Jawa-bali menggunakan batubara, batubara sendiri
adalah bahan bakar yang paling kotor karena mengeluarkan emisi paling besar.
Perlu diketahui juga, listrik menyumbang 26 % total emisi yang dihasilkan di
Indonesia.
ü Menghemat penggunaan Listrik antara
pukul 17.00 sampai 22.00.
ü Memadamkan listrik jika sedang tidak
digunakan. Karena pada kondisi stand by, alat elektronik masih mengalirkan listrik sebesar 5 watt. Kabel
dari barang elektronik akan lebih baik
jika dilepas dari stop kontak bila sudah tidak digunakan
ü Menggunakan lampu hemat energi (CFL)
dan lampu sensor cahaya untuk lampu taman, sehingga lampu akan hidup dan mati
secara otomatis tergantung cahaya matahari. Memanfaatkan cahaya matahari untuk
penerangan di dalam ruangan di pagi dan siang hari. Selain menghemat listrik
juga dapat menurunkan emisi penyebab pemanasan global
ü Menggunakan timer agar televisi
otomatis mati saat ketiduran.
ü Memakai alat-alat elektronik dengan
cara bijak, sehingga dapat menghemat penggunaan listrik.
Misalnya
:
·
Penggunaan
komputer dan printer.
•
Menunggu beberapa saat setelah CPU menyala untuk menyalakan layar atau monitor.
Layar bisa langsung dimatikan setelah mengklik shut down, sehingga tidak perlu
menunggu komputer mati terlebih dahulu.
• Menggunakan laptop lebih hemat energi
dibandingkan dengan komputer pribadi
(PC). Laptop hanya memerlukan daya 60 watt, sementara PC sekitar 200 watt
(bahkan lebih).
•
Monitor komputer jenis LCD lebih hemat energi jika dibandingkan jenis CRT.
Monitor jenis LCD hanya memerlukan listrik sebesar 40 watt, sedangkan jenis CRT
memerlukan 120 watt. Saat stand by,
monitor LCD hanya menggunakan listrik 3 watt, sedangkan monitor CRT menggunakan
20 watt.
• Mematikan komputer atau laptop saat tidak
digunakan. Printer yang sedang tidak
digunakan, tetapi kabel selalu terpasang akan menghasilkan emisi sebesar 21 kg
CO2 per tahun atau sekitar Rp. 17.000,00 per tahun
·
Penggunaan
setrika.
• Memilih setrika listrik yang menggunakan
sistem pengatur panas otomatis.
• Pada saat menyetrika, tingkat panas yang
diperlukan lebih baik sesuai dengan bahan pakaiannya.
• Membiasakan menyetrika sekaligus dan
menghindari mencabut dan mencolokkan kembali setrika ke sumber listrik.
• Membersihkan bagian bawah setrika dari kerak
yang dapat menghambat panas.
• Mematikan setrika ketika selesai digunakan
atau bila akan ditinggalkan untuk mengerjakan yang lain
·
Penggunaan
pompa air.
•
Menggunakan reservoir/tangki
penampungair untuk kebutuhan air rumah tangga, jika tidak, maka menggunakan
pompa air untuk mengisi bak atau ember.
•
Menyalakan pompa air bila air di dalam tangki hampir habis.
•
Menggunakan sistem kontrol otomatis atau pelampung pemutus arus otomatik pada
tangki air yang berfungsi untuk memutus arus listrik ke pompa air bila air
sudah penuh.
•
Menghindari pompa yang sering ‘hidup-mati’ karena semakin besar juga daya
listrik yang dipakai.
•
Memilih jenis pompa air sesuai dengan kebutuhan dan memiliki tingkat efisiensi
yang tinggi.
·
Penggunaan
charger handphone (HP).
Saat mengisi ulang
baterai handphone, hanya 5% energi listrik yang masuk ke baterai handphone. Sisanya 95% terbuang percuma. Ini
disebabkan teknologi charger handphone belum hemat energi. Untuk mengurangi
pemborosan listrik, segera mencabut
charger, jika baterai handphone
sudah penuh.
·
Penggunaan
magic jar.
Tidak semestinya
membiarkan magic jar menyala selama 24
jam. Mematikan magic jar setelah nasi atau masakan matang, Menyalakan magic jar hanya pada saat ingin memanaskan
nasi atau masakan.
·
Stop
kontak.
Melepas kabel dari
stop kontak jika sudahtidak digunakan atau menggunakan stop kontak dengan
tombol on/off agar tidak perlu mencabut
dan memasang kabel.
·
Proses
mencuci.
Menurut
penelitian Institut Manufaktur di Universitas Cambrige, 60% pemborosan energi
diasosiasikan dengan masa selama mencuci dan mengeringkan pakaian. Menggunakan
air dingin untuk mencuci dan membilasnya dan mengeringkan pakaian di jemuran.
Hal terebut dapat menghemat energi. Dengan demikian, kita telah mengurangi
emisi karbon dioksida sampai 90%.
b. Penggunaan
kendaraan bermotor
-
Mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor.
-
Mendukung
petani lokal
Dengan membeli
produk-produk lokal, maka sama halnya dengan menghemat bahan bakar dan
mengurangi polusi yang digunakan dan dihasilkan dari kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut produk dari luar kota dan luar negeri. Selain itu juga, produk
lokal tidak kalah kualitas dan desainnya dibandingkan produk impor. Semakin
banyak membeli makanan impor, maka semakin besar kontribusi emisi CO2.
-
Memperbaiki
kualitas kendaraan, melakukan uji emisi dan merawat kendaraan bermotor dengan
baik.
c.
Go green
Untuk
mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka dapat dilakukan juga
penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat berupa pohon dapat dilakukan di
halaman dan tempat-tempat yang banyak menghasilkan polusi udara, seperti di
pinggir-pinggir jalan. Selain itu juga, melakukan reboisasi pada gunung-gunung
yang gundul dan membuat taman-taman di perkotaan atau biasa disebut dengan
taman kota.
d.
Pengelolaan sampah
Untuk
mengatasi masalah sampah,
yang dapat dilakukan adalah :
-
Mengurangi penggunaan sampah
- Memisahkan antara sampah organik
dengan sampah non organik. Memisahkan antara
sampah organik, plastik dan kertas, maka akan mempermudah dalam proses mendaur
ulang sampah. Sampah organik bisa dijadikan kompos. Sampah plastik bisa
dijadikan kerajinan tangan atau didaur ulang kembali menjadi plastik. Sedangkan
sampah kertas bisa didaur ulang kembali menjadi kertas daur ulang dan kertas
yang biasa digunakan (HVS).
- Menghemat penggunaan kertas.
Setiap harinya sampah
kertas di seluruh dunia berasal dari 27.000 batang kayu. Pada tahun 2005,
Indonesia mengonsumsi kertas sebanyak 5,6 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dibutuhkan sebanyak 22,4 juta m3 kayu yang diambil dari
hutan alam atau sama dengan menebang hutan seluas 640 ribu hektar per hari.
Kegiatan penebangan dan kebakaran hutan merupakan penyumbang emisi terbesar,
yaitu sekitar 64% dari total emisi di Indonesia. Diantaranya diakibatkan oleh
kegiatan pabrik kertas. (Kementerian Lingkungan Hidup, 1999)
- Mengurangi penggunaan tisu
- Mengurangi konsumsi daging sapi
Dengan banyaknya
masyarakat yang mengonsumsi sapi, maka akan semakin banyak pula sapi di
peternakan sapi. Kotoran sapi menghasilkan emisi NO2 dan pembusukan
kotorannya mengeluarkan gas CH4. Sehingga semakin banyak sapi, maka
akan semakin banyak jumlah kotorannya.
-
Mendaur
ulang kertsa, plastik, dan logam
Mendaur
ulang kertas bekas untuk dijadikan kertas kembali ataupun kerajinan tangan akan
sangat membantu jumlah sampah kertas. Hal tersebut juga dapat dilakukan untuk
sampah plastik dan logam.
-
Membuat
kompos
e.
Beradaptasi dengan dampak efek rumah kaca
Dengan
cuaca yang tidak menentu merupakan salah satu dampak efek rumah kaca. Mulai
saat ini selalu siap sedia jas hujan, payung dan sepatu bot untuk bepergian.
Bahaya efek rumah kaca mungkin sudah tidak dapat dihindari lagi. Namun, jika
upaya-upaya sederhana di atas dilakukan oleh semua masyarakat secara
bersama-sama dan terus-menerus, maka dampak dari efek rumah kaca dapat
dikurangi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya efek rumah kaca adalah
disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang
menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi
dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi
menjadi lebih panas. Gas-ga rumah kaca itu antara lain : Uap air,
Karbondioksida, Metana, Nitrogen Oksida, Gas lainnya berupa Hidrofluorokarbon (HCFC-22), klorofluorokarbon (CFC) , PFCs
(Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride).
Akibat yang ditimbulkan dari efek
rumah kaca memiliki dampak negatif dan positif, tetapi kebanyakan dampak yang
ditimbulkan adalah dampak negatif karena merugikan kesejahteran makhluk hidup.
Beberapa solusi untuk mengatasi
adanya efek rumah kaca dapat dilakukan dari pihak pemerintah dan masyarakat
untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan. Dari pemerintah dapat dilakukan
dengan membuat kebijakan untuk mengajak masyarakat dalam menanggulangi efek
rumah kaca. Sementara masyarakat dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya : penghematan penggunaan alat listrik,
keefisienan penggunaan kendaraan bermotor dengan cara menghemat BBM, Go green
dengan reboisasi atau penanaman pohon, pengelolaan sampah, beradaptasi dengan
dapak efek rumah kaca.
B.
Saran
Melalui pembahasan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar mampu dan mau mengetahui dan memahami efek
rumah kaca, penyebab timbulnya efek rumah kaca, akibat yang ditimbulkan, dan
solusi dalam menanggulangi dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhma,
Nova. 2011. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/328/jbptunikompp-gdl-novarakhma-16372-3-laporan-a.pdf
(diakses
pada 12 Maret 2011, 11:33)
Supriono,Nano.
2008. Efek Rumah Kaca. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2015058-efek-rumah-kaca/
(diakses
pada 12 Maret 2011, 19: 11)
(diakses
pada 12 Maret 2011, 19:23)
(diakses
pada 9 Maret 2011, 06:49)
AZ, Ridwan. 2011. Efek Rumah Kaca dan Pengertiannya. http://ridwanaz.com/teknologi/efek-rumah-kaca-dan-pengertiannya/
(diakses
pada 19 Maret 2011, 20:12)
Sijagur,
Meriam. 2010. Efek Rumah Kaca pada Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. http://www.meriam-sijagur.com/learning/94-pengetahuan-alam/573-efek-rumah-kaca-pada-pemanasan-global-dan-perubahan-iklim.html
(diakses
pada 19 Maret 2011, 19:45)
(diakses
pada 12 Maret 2011, 19:20)
Sumarwoto,
Otto. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Badan Ekologi.
Wikipedia. 2011. Gas Rumah Kaca. http://http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_rumah_kaca&action=edit
(diakses
pada 9 Maret 2011, 10:15)
Suryaman, Oni. 2007. Bagaimana Cara Menghadapi Pemanasan Global. http://www.wikimu.com/News/Home
(diakses
pada 9 Maret 2011, 10:20)
(diakses
pada 8 Maret 2011, 11:44)
(diakses
pada 7 Maret 2011, 06:38)
(diakses
pada 7 Maret 2011, 06:40)
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya....!!!!!