NASKAH PIDATO “Membina Generasi Muda dengan Akhlak Qur'ani”

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarukatuh

Alhamdulillah hirrabbil ‘alamin,
Washolatu wassalamu ‘ala ashrafil anbiyai wal mursalin wa’ala ‘alihi waashhabihi ajma’in.

Yang terhormat panitia penyelenggara Lomba Pidato Remaja Kabupaten Jember,
Dewan juri yang saya hormati, serta
Peserta lomba pidato yang berbahagia

Patutlah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah–Nya, sehingga kita dapat hadir dalam acara Lomba Pidato Remaja Kabupaten Jember dalam keadaan sehat wal’afiat Isya Allah.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan pada junjungan besar kita, Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang Islamiyyah.

Hadirin yang terhormat,

Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya menyampaikan topik berkenaan tentang “Membina Generasi Muda dengan Akhlak Qur’ani”. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa saat ini kemerosotan kualitas dalam segala aspek kehidupan tersebar di tengah–tengah masyarakat, seperti kemiskinan, kebodohan, kezaliman, penindasan, ketidakadilah di segala bidang, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal dan berbagai bentuk penyakit sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kemerosotan–kemerosotan tersebut telah sangat berpengaruh pada generasi muda yang turut mengalami kemerosotan kualitas diri, seperti terlibat sebagai pecandu narkoba, terlibat dalam perilaku seks bebas yang ironisnya sampai pada tindakan aborsi, menderita HIV/AIDS akibat dari kecanduan narkoba dan tindakan seks bebas, generasi muda yang putus sekolah sehingga meraja lelanya kebodohan di mana–mana, terlibat tawuran antar pelajar, dan lain sebagainya sehingga hal tersebut menjauhkan generasi muda sebagai sosok generasi dambaan umat.

Hadirin yang terhormat,

Generasi dambaan umat yaitu generasi yang berdaya, cerdas dan perduli terhadap permasalahan bangsanya. Dapat didefinisikan sebagai individu–individu shaleh yang sekaligus mempu menjawab tantangan perkembangan zaman dengan solusi yang diberikan Islam dan menguasai sains dan tekhnologi. Secara rinci gambaran generasi berdaya, cerdas, generasi perduli umat dalam pandangan Islam antara lain :
Pertama, generasi yang berkepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyah) yakni generasi yang memiliki keimanan kuat terhadap aqidah Islam. Aqidah Islam tersebut dijadikan sebagai landasan dan standar satu–satunya dalam berpikir (aqliyah) dan bersikap (nalsiyah) dalam melakukan semua aktivitas dan mengatasi problem dalam kehidupan baik di keluarga, masyarakat, maupun negara.
Generasi tersebut menjadikan Islam sebagai gaya hidup (way of life) sehingga segala aktivitasnya didasarkan pada aqidah Islam. Tidak perduli apakah gaya hidup Islamnya dimata masyarakat kebanyakan dianggap sesuatu yang aneh. Karena mereka sadar bahwa saat ini Islam memang telah menjadi sesuatu yang asing, bahkan bagi umatnya sendiri. Umat Islam telah jauh dari memahami Islam apalagi menerapkannya, kecuali hanya dalam perkara ibadah langsung saja. Sementara dalam masalah pakaian, makanan, pergaulan, muamalah, hak dan kewajiban dalam keluarga, penataan interaksi dimasyarakat dan penataan sistem kenegaraan, masyarakat mengambil sistem hidup kapitalis sekuler dan membuang jauh sistem hidup Islam.
Bagi generasi yang bersyakhshiyyah Islamiyyah, kenyataan yang ada di masyarakat bukanlah parameter mereka dalam berbuat, tetapi aqidah Islamiyah yang harus dipegang kuat. Mereka yakin bahwa hanya Islam yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia dunia dan akhirat. Sehingga ketika mereka melihat kenyataan yang berbeda dan bertentangan dengan aqidah Islam, akan menjadi tantangan bagi mereka untuk mengubahnya. Secara proaktif generasi yang bersyakhshiyyah Islam akan terus menerus melakukan perubahan di masyarakat menuju kehidupan yang Islami. Generasi bersyakhshiyyah Islam akan berusaha semaksimal mungkin menjadi teladan dan motor perjuangan Islam yang nyata di tengah masyarakat.
Kedua, generasi yang menguasai tsaqafah islamiyah dengan handal. Menuntut ilmu–ilmu tsaqafah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide dan hukum–hukum Islam, bahasa Arab, sirah Nabi, ulumul Qur’an, ulumul Hadist, ushul fiqih dan lain–lain, hukumnya fardlu’ain bagi setiap muslim.
Ketiga, generasi yang menguasai ilmu–ilmu terapan, seperti pengetahuan, sains, dan tekhnologi. Agar umat mampu mencapai kemajuan material hingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullah di muka bumi dengan baik. Menuntut ilmu–ilmu yang mencakup sains dan tekhnologi serta ilmu terapan ketrampilan seperti biologi, fisika, pertanian, kedokteran, terknik dan lain–lain dikategorikan fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang harus dikerjakan oleh sebagian muslim apakah ilmu–ilmu tersebut sangat diperlukan umat.
Keempat, generasi yang berjiwa pemimpin, yakni yang siap bertanggung jawab terhadap segala aktifitas dalam kehidupannya dan terhadap apa yang dipimpinnya. Baik pemimpin bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bahkan umat di seluruh dunia. Mereka mengerti betul bahwa hidupnya sarat dengan amanah, dan kelak harus dipertanggung jawabkan kepada Sang Kholiq, Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda : “Dan amir itu adalah pemimpin yang mengurusi urusan umat, dan dia bertanggung jawab dengan segala urusannnya.” (HR. Muslim).

Hadirin yang terhormat,

Berdasarkan gambaran generasi dambaan umat yang terpaparkan tadi, perlunya pembinaan akhlak dan kepribadian terhadap anak atau remaja, agar diharapkan terwujudnya generasi muda sebagai sosok generasi dambaan umat.
Pembinaan kepribadian memang semestinya dilakukan mulai masa kanak–kanak. Sebab anak–anak dan masa kanak–kanak adalah satu periode dalam hidup manusia yang sangat fundamental. Proses perkembangan dan pertumbuhan yang dilalui seseorang di masa kanak–kanak akan menentukan bagaimana kelak ia dimasa dewasa. Sehingga sangat tepat kalau dikatakan bahwa masa kanak–kanak adalah masa yang sangat vital bagi penentu arah kehidupan manusia. Tumbuh dan berkembangnya seorang anak tergantung pada pola asuh orang tuanya.
Islam memberikan peran pokok kepada wanita sebagai ibu, yang memiliki hak mengasuh dan mendidik anaknya. Untuk itu, seorang ibu perlu memperhatikan penanaman keimanan seorang anak dengan mengenalkan Allah sebagai pencipta diri mereka dan apa yang ada di sekitarnya, seperti aneka tumbuhan yang mereka lihat, berbagai binatang yang mereka ketahui, bintang, awan, hujan dan sebagainya sejak usia tujuh hari. Sebab pada usia tujuh hari anak sudah mengenal suara orang yang sering di dekatnya, terutama suara ibu dan ayahnya. Keimanan ini kelak akan dijadikan landasan untuk membentuk pola pikir mereka. Agar terwujud pola pikir Islami.
Hal–hal yang dapat dilakukan seorang ibu dalam rangka membentuk pola pikir yang Islami pada anak antara lain :

1. Senantiasa memberikan pemahaman dan mengulang–ulanginya serta menegaskan bahwa Allah adalah pencipta seluruh makhluk kepada anak. Allah yang memberik rizqi kepada kita, yang menghidupkan dan mematikan kita.
Cara penyampainnya :
  1. Melalui doa sehari–hari, seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa menjelang tidur, doa setelah bagun tidur dan yang lain. Agar menjadikan anak sering menyebut Allah untuk memohon sesuatu dan mengetahui keberadaan dan keagungan Allah.
  2. Dengan cerita atau kisah nabi–nabi, sahabat, orang sholeh yang memiliki keimanan yang kuat atau cerita hasil karya sendiri tentang keagungan Allah, tentang balasan Allah kelak saat hari pembalasan dan sebagainya di waktu santai anak seperti menjelang tidur.
  3. Dengan lagu–lagu Islami atau lagu–lagu lain yang syairnya bisa dimotifikasi sendiri dengan tujuan mengenalkan kepada anak bahwa Allah Pencipta misalnnya : lagu bintang kecil syairnya dapat dimodifikasi menjadi “Bintang Kecil diciptakan Allah.”
  4. Dengan hafalan surat pendek disertai penjelasan artinya.
2. Memberi informasi–informasi Islam pada anak di saat–saat kritis. Yaitu pada saat anak melihat fakta yang tidak Islami, baik kenyataan ataupun di televisi agar anak dapat mengelompokkan ada perbuatan “baik” yang boleh atau harus dilakukan seperti sholat, makan dengan tangan kanan, berdoa dan sebagainya. Dan ada perbuatan “jelek” yang tidak boleh dilakukan, seperti berbicara kasar pada orang tua atau teman, bertengkar, memaki–maki orang lain, berpakaian terbuka, memukul temannya, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, ibu juga wajib membentuk pola jiwa anak agar menjadi Islami, yakni perlunya melatih anak untuk cenderung terbiasa menjalankan perintah Allah. Seperti pembiasaan sholat fardlu, pembiasaan menutup aurat ketika keluar rumah, pembiasaan berakhlak mulia.
Permbinaan kepribadian awal anak juga dilakukan dalam keluarga Luqman yang tertulis dalam Al Qur’an surat Luqman (31) ayat 13, 16, 17, 18 dan 19. Diceritakan bahwa Luqman memberikan nasehat kepada anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah karena hal tersebut adalah kezaliman yang besar, mendirikan shalat, menyuruh manusia pada kebaikan dan mencegahnya pada kemungkaran, bersabar dalam cobaan yang menimpa. Sebab hal tersebut merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah. Luqman juga menasehati sang anak agar tidak bersikap sombong karena Allah tidak menyukai orang–orang yang sombong.
Nampaklah bahwa pembinaan pribadi yang Islami kepada anak perlu diterapkan sejak usia dini sebagai langkah awal terwujudnya generasi yang berdaya, cerdas dan peduli umat.

Hadirin yang terhormat,
Selain pembina kepribadian anak mulai masa kanak–kanak, juga perlunya perhatian pada pembinaan akhlak dititik beratkan kepada pembersihan pribadi dari sifat–sifat yang berlawanan dengan tuntutan agama, keluhuran akhlak sebagai media untuk menduduki tingkat kepribadian remaja yang berbobot Islami.
Didunia pendidikan, pembinaan akhlak tersebut dititik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan. Dengan demikian akan mencegah terjadinya “Kenakalan Remaja”, sebab pembinaan akhlak berarti bahwa anak remaja dituntun agar belajar memiliki rasa tanggung jawab. Pada hikakatnya penjahat yang sudah dewasa merupakan perkembangan lebih lanjut dari kebiasaan melakukan kejahatan di waktu kecil, pada masa–masa perkembangan mental, yakni : masa remaja.
Upaya–upaya pembinaan akhlak remaja antara lain, menyebarluaskan dikalangan remaja beberapa sarana untuk memperteguh moral dan mental agar dapat terhindar dari dorongan nafsu ingin berbuat jahat. Sarana tersebut adalah ajaran–ajaran agama, etika budi pekerti, norma–norma sosial. Upaya yang lain berusaha mencegah kemungkinan timbulnya kenakalan remaja dengan meniadakan faktor–faktor yang terkenal sebagai penyebab timbulnya kenakalan remaja misalnya : memperbaiki ekonomi rakyat (pengangguran, kemiskinan, kelaparan), mempertinggi kebudayaan dan memperbaiki peradaban.

Hadirin yang terhormat,

Demikianlah pidato ini saya sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan. Terima kasih atas perhatian hadirin sekalian. Semoga yang tersampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal ‘alamin.


Wabillahi taufiq wal hidayah,
Walhamdulillah hirrabbil ‘alamin


Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Komentar