KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmnirrahim
Pertama-tama mari kita
panjatkan puji kepada sang penguasa alam Allah SWt shalawat beserta salam
selalu terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya. Amin.
Dengan penuh rasa syukur kami
ucapkan alhamdulillah. Bahwasannya kami telah menyelesaikan makalah ini. Kami
sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke arah yang
baik.
Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini
bisa selesai tepat waktunya.
Demikian makalah ini kami
susun agar bermanfaat bagi kami serta bagi para pembaca.
Tasikmalaya, 21 Nopember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................ i
Daftar isi ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar
Belakang .................................................................... 1
B. Maksud dan
Tujuan .............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 2
A. Pengertian
Tapai .................................................................. 2
B. Cara Membuat
Tapai ............................................................ 2
C. Pengaruh
konsumsi tapai bagi kesehatan .................................. 3
-
Keunggulan Tapai ........................................................... 3
-
Kelemahan Tapai .......................................................... 3
D. Istilah
Tapai Di Berbagai Daerah .............................................. 4
E. Produk
Olahan Tapai ............................................................. 4
BAB III PENUTUP ........................................................................... 5
A. Kesimpulan ........................................................................ 5
B. Keritik Dan
Saran ................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 6
i
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Zaman modern
sekarang ini banyak anak-anak bahkan remaja tidak tahu dengan panganana yang
namanya tapai, oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini di kenalkan tentang
tapai suatu panganan khas asli Indonesia.
B. Maksud dan
Tujuan
- Menambah
wawasan tentang cara penyusunan suatu makalah
- Mengenal
lebih jauh tetang apa yang dibahas dalam makalah ini khususnya tentang tapai
- Memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran IPA
1
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tapai
Tapai (sering
dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang
dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan
pangan berkarbohidrat, seperti
singkong dan ketan. Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu)
dan hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila
dibuat dari ketan hitam
maupun ketan putih, hasilnya disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan".
Dalam proses fermentasi tapai, digunakan beberapa
jenis mikro organisme seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus
oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida
utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., dan
lain-lain.. Tapai hasil fermentasi dari S. cerevisiae
umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan
memiliki tekstur lengket Umumnya, tapai diproduksi oleh industri kecil dan
menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut.
B.
Cara Membuat Tapai
Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan perlu dimasak dan dikukus terlebih dahulu
sebelum dibubuhi ragi. Campuran tersebut ditutup dengan daun
dan diinkubasi pada suhu
25-30 °C selama 2-4 hari sehingga menghasilkan alkohol dan
teksturnya lebih lembut.
Selain rasanya yang manis dan aroma yang memikat,
tapai juga dibuat dengan beberapa warna berbeda. Warna tersebut tidak berasal dari pewarna buatan yang
berbahaya, melainkan berasal dari pewarna alami. Untuk membuat tapai ketan berwarna merah, digunakan angkak, pigmen yang
dihasilkan oleh Monascus
purpureus. Sedangkan
tapai ketan warna hijau dibuat menggunakan ekstrak daun pandan.
Pembuatan tapai memerlukan kecermatan dan kebersihan
yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak karena proses
fermentasi yang berlangsung dengan baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tapai. Agar pembuatan
tape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus
bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah
bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih; menggunakan air hujan bisa mengakibatkan tapai tidak berhasil dibuat.
Pembuatan
tape ketan putih
Alat Bahan dan resep tape ketan putih
Alat Bahan dan resep tape ketan putih
·
1 buah Pengukus Nasi atau langseng
·
1 buah Cukil Kayu
·
1 buah Panci atau Baskom
·
2
|
·
1 buah Kipas
·
1 kg Beras Ketan Putih
·
2 butir Ragi Tape dihaluskan
·
Daun Pisang atau tape untuk pambungkus
Cara Membuat
Tape Ketan Putih
·
Beras Ketan Putih dicuci bersih
·
Rendam Beras Ketan Putih selama 12 jam
·
Bilas lagi Beras Ketan Putih dengan air beberapa kali hingga bersih
·
Kemudian Kukus Beras Ketan Putih sampai matang
·
Setelah matang diletakkan di atas tampah atau baskom kemudian dinginkan
menggunakan kipas
·
Setelah dingin kemudian dicampur ragi aduk sampai rata
·
Bungkus menggunakan daun pisang yang telah disiapkan
·
Selanjutnya simpan selama 2 sampai 3 hari untuk proses fermentasi
Yang harus
diperhatikan dalam Cara Membuat Tape Ketan Putih
·
Untuk takaran ragi yang tepat biasanya diperoleh dari pengalaman
·
Apabila kebanyakan ragi akan mempercepat proses fermentasi dan menyebabkan
tape terasa pengar
·
Apabila terlalu sedikit menyebabkan tape tidak manis dan terasa keras
·
Jenis ragi yang digunakan dapat menentukan juga kualitas tape ketan yang
dihasilkan
C. Pengaruh konsumsi tapai bagi kesehatan
1. Keunggulan Tapai
Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan Vitamin B1 (tiamina) hingga
tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat
berfungsi dengan baik. Karena mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang
aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh.
Cairan tapai dan tapai ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta per mililiter atau gramnya.
Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh,
terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan
mengurangi jumlah bakteri jahat.
Kelebihan lain dari tapai adalah kemampuannya tapai
mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh.
Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus
flavus. Toksik ini banyak kita jumpai
dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi tapai dalam batas normal diharapkan dapat
mereduksi aflatoksin tersebut.
3
|
2. Kelemahan Tapai
Konsumsi tapai yang berlebihan dapat menimbulkan infeksi pada darah
dan gangguan sistem pencernaan. Selain itu, beberapa jenis bakteri yang digunakan
dalam pembuatan tapai berpotensi menyebabkan penyakit pada orang-orang dengan sistem imun yang
terlalu lemah seperti anak-anak balita, kaum lanjut usia, atau penderita HIV3. Untuk
mengurangi dampak negatif tersebut, konsumsi tapai perlu dilakukan secara
terkendali dan pembuatannya serta penyimpanannya pun dilakukan dengan higienis.
D . Istilah Tapai Di Berbagai Daerah
Sebagian besar tapai yang ada di Indonesia dibuat dari
fermentasi beras ketan (Oryza sativa glutinosa) atau singkong (Manihot
esculenta). Masyarakat Jawa Barat lebih
mengenal tapai singkong dengan sebutan peuyeum, sedangkan
masyarakat Jawa Timur lebih
sering menyebutnya tape puhung. Tapai juga dikenal di kawasan Asia,
terutama Asia Tenggara. Makanan ini memiliki nama lokal yang berbeda–beda di
setiap negara; contohnya tapai pulut (Malaysia), basi
binubran (Filipina), chao
(Kamboja), lao-chao
atau chiu niang (Cina), dan khao-mak
(Thailand).
E. Produk Olahan Tapai
Selain dapat dikonsumsi secara langsung, tapai dapat
dijadikan olahan lain atau dicampur dengan makanan dan minuman lainnya.
Contohnya: tapai pulut untuk campuran cendol dan es campur, atau dapat juga diolah kembali menjadi
wajik dan dodol. Sedangkan tapai singkong selain bisa dijadikan
campuran cendol, es campur atau es doger, dapat pula diolah menjadi makanan
gorengan rondo royal (tapai goreng), colenak, dll. Tape juga nikmat
disantap bersama tetel (istilah jawa untuk ulenan ketan putih) atau di Sunda biasa disebut ulen.
4
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tapai (sering
dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang
dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan
pangan berkarbohidrat, seperti
singkong dan ketan. Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu)
dan hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila
dibuat dari ketan hitam
maupun ketan putih, hasilnya disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan".
Dalam proses fermentasi tapai, digunakan beberapa
jenis mikro organisme seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus
oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida
utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., dan
lain-lain.. Tapai hasil fermentasi dari S. cerevisiae
umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan
memiliki tekstur lengket Umumnya, tapai diproduksi oleh industri kecil dan
menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut.
B.
Keritik Dan Saran
5
|
DAFTAR
PUSTAKA
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Inggris)Gandjar, I. 2003. Tapai from cassava and
cereals. Di dalam: First International Symposium and Workshop on Insight
into the World of Indigenous Fermented Foods for Technology Development and
Food Safety; Bangkok, 13 – 17 Apr 2003. hlm 1-10.
3. ^ a b (Inggris):Cronk TC, Steinkraus KH, Hackler LR, Mattick LR.
(1977). "Indonesian tape ketan fermentation". Appl Microbiol 33
(5): 1067-73
4. ^ a b c d e f g h (Inggris)Cereda MP, Takahashi M. 1994. Cassava waste :
Their Characterization, and Uses, and Treatment in Brazil. Di dalam: Dufour D,
O’Brien GM, Best R, editor. International Meeting on Cassava Flour and
Starch : Progress in Research and Development; Cali, 11-15 Jan 1994. Cali:
Centro Internacional de Agricultura Tropical. hlm 221-232.
5. ^ (Inggris)Sahlin P. 1999. Fermentation as a method of food
processing. [thesis]. Lund: Department of Applied Nutrition and Food Chemistry,
Lund University.
6
|
bagus laporannya izin copy boleh?
BalasHapusizin copy
BalasHapus